Rabu, 15 November 2017

PILU



Senja di Raja Ampat
Matahari tergelincir ke ufuk barat
Di sini kududuk melihat deburan ombak
Sambil mengingat dikau di sana
Seperti apa rupamu kini?
Lama kita tak berjumpa
Lama dikau tak bersua
Hatiku lesu kau melupakan diriku
Tahukah kau?
Birunya air di pantai takkan bisa
mengubah abu-abu
   yang ada di hatiku
Angin yang berembus merangkul diriku
Seolah ia ikut merasakan
Betapa pilunya hatiku atas perlakuanmu
Janji suci yang kau ikrarkan dulu
Kini terbang melayang bersama mega-mega kenangan

Minggu, 29 Januari 2017

Dengarlah Ini! Wahai Kau! Penghancur Hidupku!



Alasan mengapa anak perempuan sangat mencintai ayahnya adalah "setidaknya ada satu lelaki di dunia ini yang tak akan menyakitinya".

Jujur, statement di atas pasti pernah ditulis oleh ribuan anak perempuan yang ada di dunia ini? Iya kan? Yups... kalimat tersebut memang tidak asing di telinga kalian. Tapi perlu kalian ketahui loh apakah benar kalimat tersebut “diaminkan” oleh seluruh anak perempuan? Nyatanya tidak sama sekali! Bagi anak perempuan broken home justru ayah adalah lelaki pertama yang telah menyakiti, meninggalkan, bahkan menghancurkan hidupnya! Terlepas dari apapun alasan sang ayah meninggalkan anak perempuannya sejak perceraian kelam itu terjadi, anak perempuan yang “dilupakannya” itu tak peduli sama sekali, baginya “Ayah” adalah wujud tanpa makna. Dia ada, tapi tak pernah sedetikpun hinggap di hatinya. Dia adalah seonggok kaktus yang telah melukai hati anak perempuannya dengan “duri” yang dia miliki. Anak perempuan itu punya perasaaan yang halus dan peka makanya sejak “dibuang” ayahnya dia sangat sensitif terhadap hal-hal berikut:
  1. Paling Tidak Suka Ditanya Soal Keluarga                                                                                
    “Ayahmu ke mana? Kok ga ngambilin rapotmu?”
                                                                   “Ayahmu kerja apa sih? Kok ga pernah antar kamu ke sekolah?” Sepele sih pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi kalian tidak tau kan? Menanyakan hal tersebut kepada anak perempuan sama saja kalian menggali memori yang sudah lama dia kuburkan. Kalian yang tidak pernah menjadi anak broken home tidak akan memahami betapa menyakitkannya ditanyakan hal itu. Sedih, perih hati ini, perlu kalian ketahui sosok ayah yang kalian tanyakan kepadaku itu abstrak, tidak terdefinisikan. Apa yang harus aku ceritakan kepada kalian? Aku saja tidak mampu mendefinisikan sosok tersebut.
  2. Iri Melihat Keluarga Orang Lain yang Sangat Harmonis                                                                      
    “Ayah” kau tahu hal apa yang paling menyiksa hidupku? Mungkin kau tak akan tahu atau bahkan tak mau tahu kalau hal yang paling menyiksa di dalam hidupku itu bukan ketika aku diputuskan oleh pacarku, bukan ketika aku tak bisa membeli barang-barang yang dibeli teman-temanku, bukan ketika aku mendapatkan nilai yang jelek. Tapiii.... ketika teman-teman seusiaku mempunyai foto bersama ayahnya, dicium dan dipeluk oleh ayahnya, sedangkan aku? Jangankan memiliki foto bersamamu, melihat sosokmu saja aku tak pernah, yah. Jangankan dicium dan dipeluk olehmu, menyentuh kulit “kasarmu” saja aku tak pernah. Aku ingat, kata guru agamaku “kita tidak boleh iri kepada orang lain”. Tapi, apakah salah yah jika aku iri jika orang lain memiliki sosok ayah yang baik dan penyayang? Apakah aku berdosa jika aku iri dengan orang lain yang memiliki keluarga yang begitu harmonis? Aku ingin yah seperti mereka bisa punya keluarga yang harmonis lengkap dengan ibu dan ayah mereka, bisa diantar oleh ayahnya ke sekolah, bisa punya foto bersamamu, bisa dipeluk dan dicium olehmu, bisa menceritakan sosokmu di hadapan teman-temanku, bisa “pamer” kepada teman-temanku kalau aku ini juga punya keluarga yang harmonis seperti mereka, bla..bla..blaa... Aku sedih yah, aku ingin yaah seperti mereka. Tapi ah sudahlah biarpun aku nangis sampai air mataku habis pun kau tak mengerti perasaanku dan tak akan mau memenuhi permintaanku. Hanya laptop dan keyboardku inilah yang lebih mengerti perasaanku saat ini.
  3. Susah Percaya Kepada Orang Lain                                                                                               
    Sering kali anak perempuan broken home ingin sekali menceritakan keadaannya kepada orang lain. Tapi, ada rasa takut yang menghampiri benaknya, yakni takut orang itu akan menyebarkan rahasianya. Dia tak mau kalau sampai orang lain tahu rahasia terbesar di dalam hidupnya, dia tak mau dihina dan diremehkan, dia juga tak mau kalau sampai label lemah  disisipkan kepadanya. Makanya tak jarang anak perempuan broken home lebih memilih diam dan tak menceritakan apapun kepada orang lain bahkan kepada sahabatnya sendiri. Dia lebih memilih “curhat” kepada Allah di sepertiga malamnya.
     
  4. Setia pada Pasangan                                                                                                                
    Sudah tahu kan kalau anak perempuan broken home itu punya perasaan yang sangat peka dan sensitif? Dia seperti itu karena punya masa lalu yang amat sangat kelam. Dia paham sekali bagaimana rasanya disakiti dan ditinggalkan oleh orang yang sangat dia cintai. Makanya kalau kamu menjalin hubungan dengan perempuan berlatarbelakang broken home, SELAMAT! Kesetiannya tak perlu kau ragukan lagi!
     
  5. Punya Cita-Cita untuk Membuat Keluarga Bahagia di Masa Depan                                             
    Menjadi anak perempuan yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang retak bukan perkara mudah. Apalagi sedari kecil sang ayah yang harusnya bisa menjadi panutanmu meninggalkanmu begitu saja semenjak peristiwa kelam itu. Hal itulah yang menuntutmu untuk bisa menjadi seorang ibu yang baik di masa depan, juga PR terbesar di dalam hidupmu adalah mencari ayah yang baik dan bertanggungjawab untuk anak-anakmu nanti. Makanya dia begitu selektif sekali memilih pria yang akan dijadikan pasangannya. Karena, suatu mimpi yang harus direalisasikan oleh anak perempuan broken home adalah punya keluarga bahagia di masa depan agar anak-anaknya nanti tidak merasakan peristiwa kelam yang pernah dialami oleh ibunya dahulu.

Minggu, 15 Januari 2017

MAAF!

Sore itu kita berpapasan
Tapi mengapa tak saling menyapa?
Sore itu mata kita beradu
Tapi mengapa kau cepat-cepat memalingkan jendela matamu?
Sore itu bibirmu yang tipis
Menyunggingkan senyum tepat ke arahku
Ah!
Tapi buru-buru kau melepaskan senyuman itu
Kau sadar tidak?
Angin-angin sedang menertawakan kita
Kau dengar tidak?
Pohon-pohon itu amat puas menggunjingkan kita
Kau tau tidak alasannya?
Awalnya angin-angin itu berencana memberikan kesejukkan di antara kita
Tapi kau malah mengenyahkannya dari sini
Lihat pohon-pohon itu!
Tadinya mereka ingin melindungi kita 
Dari panasnya siang yang menerka
Tapi kau?
Kau malah menebang pohon itu!
Siapa yang salah?
Kau! Kau terlalu munafik untuk mengakui pada semesta 
Bahwa akulah yang kini bernaung di atas permadani hatimu
Sedangkan aku?
Mungkin... aku pun juga salah
Karena... aku yang memaksamu untuk menggelar permadani itu

Sabtu, 20 Agustus 2016

Bebaskan Aku dari Phobiaku






17 Agustus 1945 memanglah hari kemerdekaan Indonesia. Tapi, apakah kita benar-benar sudah merdeka? Merdeka dalam hal ini bukan saja kita sudah bebas dari belenggu para penjajah. Bukan pula kita sudah berhenti menumpahkan darah. Bukan! Bukan itu! Merdeka yang kumaksudkan di sini ialah merdeka dari rasa takut untuk mencintai seorang lelaki. Bagiku, aku belum bisa merdeka dari rasa takut itu.
Pasalnya, sering sekali aku menemukan lelaki yang menurutku sangat baik, tampan, dan pokoknya sudah pas sekali dengan kriteria yang aku inginkan. Tapi rasa ketakutan itu selalu hinggap di benakku. Takut? Takut apa? Takut kalau nantinya aku akan disakiti, ditinggalkan, dan dikhianati olehnya. Bukan hanya itu, aku juga takut kalau nantinya aku akan menyakiti dan mengkhianati dirinya.
Aku takut kalau aku tidak bisa menjadi pendamping yang baik untuknya, takut tidak bisa membahagiakannya, takut mengecewakannya, takut melukainya, dan aku juga takut ketika aku menikah dengannya nanti aku akan bercerai dengannya. Aku ingin sekali seperti orang lain yang bisa bebas mencintai seseorang tanpa khawatir memiliki perasaan takut semacam itu. Aku iri dengan keadaan wanita-wanita yang bisa “normal” ketika mencintai seorang pria. Kata orang “apa yang aku rasakan justru adalah suatu hal yang wajar dan normal, karena setiap orang terutama wanita pasti tak mau jika ia disakiti oleh kekasihnya, dan juga pasti tidak mau menyakiti pasangannya”. Tapi, menurutku ini merupakan hal yang sudah diambang batas kewajaran. Memang benar setiap orang tidak ingin jika ia disakiti oleh kekasihnya. Memang benar jika setiap orang tidak mau menyakiti kekasihnya.
Tapi, apakah wajar jika perasaan takut itu terus-menerus menggerogoti darah dan dagingku? Merasuk di dalam rongga hatiku? Membuat aku tak bisa dekat dengan pria? Aku pernah dekat dengan pria. Aku pernah mencintai pria. Aku juga pernah dicintai oleh pria. Tapi rasa kecintaanku terhadapnya itu seketika memudar oleh phobia tersebut. Aku tidak mau lagi mencintai pria tersebut. Bahkan jika dekat aku hanya menganggapnya sekadar teman saja, tak lebih dari apapun. Jika ada pria yang mencintaiku, aku hanya mengangapnya angin lalu saja, tak pernah terbesit sedikit pun untuk menghiraukan perasaannya.
Apa sih yang menyebabkan aku seperti itu? Kepercayaan! Yup.. pernah dengar kan kepercayaan bisa diibaratkan seperti suatu kaca yang retak, bisa diperbaiki namun tak bisa kembali utuh seperti bentuk semula? Ya itulah keadaan diriku. Dahulu aku pernah disakiti dan ditinggalkan oleh orang yang aku cintai. Bahkan ia pergi menghilang tanpa kabar. Ketika dia pergi, hidupku terasa “pincang”, hampa sekali. Sejak saat itu aku mulai berpikir bahwa “semua laki-laki sama saja”. Itulah yang menyebabkan hidupku dirundung phobia cinta yang entah aku pun tak tahu kapan ini akan berakhir. Aku tidak ingin seumur hidupku dirundung phobia cinta. Aku ingin bisa merdeka dari phobia tersebut. Aku ingin bebas mencintai pria yang aku cintai tanpa dirundung oleh rasa ketakutan yang bertubi-tubi. Aku ingin merdeka! Tapi aku juga tak tahu dengan cara apa aku bisa memerdekakan diri dari phobia tersebut. Aku sudah berusaha sekuat tenagaku untuk menghilangkan phobia itu dengan cara berdoa dan berpikiran positif bahwa tidak semua laki-laki seperti itu. Aku sudah berpikiran bahwa di luar sana masih ada pria baik yang tidak akan menyakiti, meninggalkan, dan mengkhianatiku. Aku juga punya cita-cita bahwa suatu saat nanti jika aku sudah merdeka alias sembuh dari phobia cinta, aku berjanji akan menjadi sebaik-baik pendamping untuknya, tak akan menyakiti, mengkhianati dan bahkan meninggalkannya.

Minggu, 14 Agustus 2016

Hal-Hal Gila yang Dialami Saat KKN



Kuliah Kerja Nyata atau yang akrab disapa dengan sebutan KKN memanglah suatu hal yang sudah tidak asing lagi di telinga para mahasiswa semester 5. KKN merupakan salah satu mata kuliah yang wajib, kudu, dan harus dilakukan oleh para mahasiswa semester 5 karena kegiatan tersebut merupakan suatu bentuk pengabdian kita sebagai mahasiswa kepada masyarakat, bangsa dan negara #eaaaa. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama satu bulan di suatu tempat (bahkan desa) yang tak pernah kita kunjungi sebelumnya, dan juga harus tinggal bersama dengan teman-teman yang tak pernah kita tahu sifat, kepribadian, dan latar belakangnya. Sedih sih awalnya, karena selain hal-hal tersebut, KKN juga yang membuat kita berpisah untuk sementara dengan keluarga yang amat sangat kita cintai. Eiiiitss tunggu dulu! Itu hanya awalnya saja kok, padahal banyak loh kegilaan yang kalian lakukan saat KKN berlangsung. Mau tahu? Yuuuukkss kita baca inilah kegilaan-kegilaan yang kalian lakukan saat KKN, cekidooot:
  • Jaim-Jaiman
Saat KKN, kita tidak hanya bekerja dengan teman-teman satu jurusan saja loh! Tapi kita “dipaksa” berkenalan, berteman, dan bekerja dengan teman-teman baru. Kenapa di sini saya katakan “dipaksa”? Karena bayangkan saja kita akan hidup serumah dengan orang-orang yang belum kita tahu seluk-beluknya. Awalnya memang dalam benak kita pasti berpikiran bahwa “ih apa sih rasanya tinggal serumah dengan orang yang ga dikenal selama satu bulan?”, atau bahkan pasti pernah ada yang berpikiran “ih nanti apa aja yang akan gue omongin sama mereka selama satu bulan? Masa nanti gw diem-dieman aja gitu sama mereka selama sebulan?”. Ayo ngaku, pasti pernah ada yang berpikiran seperti itu deh! Nah saat kalian berkenalan dengan teman-teman baru pun (saat kalian masih 1 mingguan tinggal di rumah KKN tersebut) pasti kalian masih jaim deh alias Jaga Image. Bersikap sok cantik, sok manis, sok imut sok kalem, sok ganteng, sok polos, dan sok-sokan yang lain agar dianggap baik di mata teman-teman baru kalian. Bahkan untuk berbicara pun kalian hanya seperlunya saja. Iya kan?
2
  • Denda Berbicara Kasar
Nah, awal-awalnya sih kami masih jaim-jaim gitu deh. Tapi, setelah kami mengenal satu sama lain, mulai keluar deh tuh sifat-sifatnya dari mulai sifat baik sampai sifat yang buruk. Bahkan kami sudah mulai berani deh tuh berbicara kasar dan jorok kepada teman-teman kami. Nah untuk meminimalisasi ungkapan-ungkapan kasar dan jorok tersebut, maka kami membuat peraturan-peraturan “aneh” (tapi oke juga sih). Apa aja sih peraturan-peraturan itu? yuk kita simak
a.       Berbicara Kasar, contohnya: b*g* denda Rp. 2.000
b.      Mengatai teman, contohnya: gendut, kanjeng mami, pitbul, bawel, dan sebagainya akan didenda Rp. 5.000
c.       Menyebarkan foto-foto aib teman, contohnya: saat temanmu sedang tidur, lalu dia ileran, kemudian kamu foto dan kamu sebarkan di grup WhatsApp kelompok KKN maka akan didenda Rp. 10.000
(Denda tersebut tidak berlaku di hari Minggu, karena hari Minggu kami dibebaskan untuk mengatai teman-teman kami dan menyebarkan foto aib mereka). Nah dengan adanya denda-denda tersebut maka kami bisa menjaga hati (Yovie and Nuno kali ah, hehehe...), lisan dan nafsu kami untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan itu. Tapi, yah namanya juga anak muda yang selalu dihasut oleh setan, maka kami pun khilaf dengan mengatai satu sama lain. Hingga akhirnya 9 dari 10 anggota kelompok kami khilaf dan membayar denda tersebut (sedih banget kan?). Loh kenapa hanya 9 orang yang membayar denda? 1 orangnya lagi? Yaa karena anggota kelompok kami yang satunya lagi itu merupakan sosok yang religius, taat terhadap Tuhan yang Maha Esa, abdi terhadap tanah air dan bangsa (loh kenapa jadi janji siswa sih? -_-) makanya dia tidak pernah sekalipun berkata kotor, jorok, keji, dan munkar terhadap teman-temannya (salehah banget kan yaaa?). Dari hasil pembayaran denda tersebut selama kurang lebih tiga minggu, akhirnya kami berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 300.000. Uang tersebut “rencananya” akan dialokasikan untuk ngumpul-ngumpul dan makan bersama. Tapi yaaah namanya juga manusia, rencana hanya sebatas rencana saja, Tuhan lah yang menentukan (hiiikkss....)

  •   Gibah
Kelompok KKN kami kebanyakan anggotanya adalah wanita. Maka tak heran lah kalau kami sering menggibah. Ketika ada teman satu kelompok kami yang melakukan kesalahan, maka kami langsung masuk ke dalam kamar, mengunci pintu kamar tersebut lalu mulai menggibah. Ketika ada yang ingin masuk kamar dan mengetuk pintu, kami berhenti gibah, dan langsung menanyakan terlebih dahulu “siapa?”, jika yang ingin masuk kamar adalah orang yang bukan objek pembicaraan gibah kita, maka kami buka pintunya dan anehnya orang tersebut langsung peka “ih lagi gibah lu ya?” dan akhirnya dia pun ikutan. Tetapi, jika yang mengetuk pintu tadi adalah sosok objek pembicaraan gibah kita, maka kami langsung diam, mengganti topik pembicaraan, dan membukakan pintu untuknya. Jika orang itu telah pergi, maka pintu kembali dikunci dan mulai lagi membicarakannya.

  •       Makan Bareng (Bacakan)
Karena tempat KKN kami terletak di Provinsi Banten, maka ada suatu adat yang bernama bacakan. Apa itu bacakan? Jadi gini, bacakan itu adalah suatu adat makan bersama dari Banten yang makanannya tersebut diletakkan di atas daun pisang. Biasanya makanannya itu adalah nasi putih, tempe orek, ikan asin, dan sambel. Kegiatan tersebut biasanya kami ikuti jika di sana ada acara saja misalnya perpisahan di sekolah, demo masak, dan sebagainya. Nah kegiatan bacakan ini sangat terasa sekali kebersamaannya. Maka tak heran kami pun sering melakukan juga di rumah, bersama dengan teman-teman. Namun, kami meletakkan makanannya tidak di atas daun pisang, tetapi di atas baskom. Makanannya pun bukan nasi putih, tempe orek, ikan asin, dan sambel, melainkan mie instan atau nasi goreng (loh?). Ah tak apalah yang penting tetap terasa kebersamaannya. Bacakan di rumah tidak kalah seru dengan di tempat lainnya, karena kami menggunakan baskom sebagai media tempat meletakkan nasinya, maka kami bisa menggeser-geser baskom tersebut sesuka hati kita, alias ke tempat di mana kita berada saja (jadi kami suka berebutan menggeser baskom tersebut). Selain itu, karena kami merupakan predator yang handal maka tak heran seberapa banyak pun nasi yang kami letakkan dalam baskom, tetap saja habis dimakan.

  • Bonceng Tiga Pakai Rok
Karena letak rumah yang kami tempati itu jauh dari sekolah tempat kami mengajar, maka setiap harinya kami berangkat sekolah dengan motor. Kemudian, karena anggota kelompok kami segambreng, jadi satu motor tidak hanya ditumpangi oleh dua orang saja, tetapi oleh tiga orang loh (untung bukan di Jakarta, coba kalau di Jakarta pasti kami sudah dibilang cabe-cabean hehehe). Bukan hanya itu, kami bertiga pun semuanya mengenakan rok! Jadi, coba bayangkan bagaimana posisi duduknya? Yah, sang pengemudi tentunya duduk menghadap ke depan, orang kedua yang berada di tengah duduk dengan posisi menyamping, sedangkan orang ketiga yang berada di belakang duduk dengan posisi menghadap ke depan. Jalanan menuju ke sekolahannya pun menanjak, jadi yang duduk di tengah deg-degannya setengah mati karena takut terjatuh. Ingin mencoba? Silakan saja, dan rasakan sensasinya.

  • Naik Bakter
Bakter (re: bak terbuka). Tahukan mobil bakter? Yup, mobil bakter adalah mobil bak yang bagian belakangnya terbuka dan bisa ditumpangi oleh manusia, hewan, ataupun benda. Mobil tersebut sangat ngehits di tempat KKN kami. Pasalnya, di sana kalau kami ingin pergi kemana-mana pasti selalu menumpang mobil bakter orang. Caranya adalah kami berdiri di pinggir jalan (yaiyalah di pinggir jalan, kalau di tengah jalan kan nanti tertabrak hehehe), kemudian ketika ada mobil bakter yang lewat, kami melambaikan tangan untuk mendapatkan tumpangan. Tumpangan yang diberikan oleh pemilik bakter ini “cuma-cuma” loh alias GRATIS! Tanpa dipungut biaya! Walaupun itu jaraknya jauh loh! Duuuh baik banget kan abang-abang bakter di sana? Naik bakter sangat seru loh apalagi kalau sore-sore, wiiiih kami bisa menikmati AC (Angin Cepoi-Cepoi) yang tentunya terasa segar banget. Orang-orang yang melihat kami pun tidak ada yang merasa heran, karena di sana sudah terbiasa naik bakter. Coba kalau di sini pasti orang-orang akan mengatakan kami “makhluk Tuhan yang paling Alay”..

  • Jalan Kaki Lima Kilo
Di sana akses kendaraan sangat terbatas. Terutama bakter. Di sana kami tidak selalu mendapatkan bakter, bahkan menemukannya pun sulit. Pernah suatu ketika kami selesai melaksanakan tugas di Posyandu dan bergegas pulang ke rumah. Di jalan, kami menunggu bakter yang lewat. Tetapi apalah daya kami tidak berjodoh dengan abang-abang bakter tersebut (hikkss...). Akhirnya dengan berat hati dan berat badan teman kami maka kami putuskan saja untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki (padahal itu jaraknya 5 kilometer loh). Sedih banget kan? Udah jomblo, ga ada yang jemput, jalan  kaki 5 Km lagi, ngenes banget Yaa Allah..

  • Tidur Satu Kasur 5-6 Orang
Rumah yang kami tempati di sana hanya memiliki tiga kamar. Satu kamar ditempati oleh pemilik rumah, dan dua kamar lainnya ditempati oleh kami. Makanya kami kalau tidur dempet-dempetan. Satu kasur bisa 5-6 orang loh. Terkadang, jika sedang iseng, kami sengaja bergeser-geser kepada salah satu teman kami agar dia merasa sesak dan kesempitan. Walaupun sesak, tetapi kami sangat senang. Karena dengan tidur dempet-dempetan seperti ini, posisi kita juga jadi semakin dekat. Kalau posisi kita dekat hati kita pun akan semakin dekat, dan itu artinya kami akan memiliki ikatan batin yang sangat kuat dan dekat layaknya sebuah keluarga (eaaaaa...).

  • Antre Kamar Mandi
Saat KKN, rumah kami ditempati oleh 20 orang mahasiswa. Oleh karena itu, kami harus ekstra sabar dalam menghadapi apapun, terutama menunggu teman yang sedang mandi. Walaupun rumah yang kami tempati sangat luas, tetapi di sana hanya ada satu kamar mandi. Bayangkan saja, satu kamar mandi digunakan untuk 20 orang. Makanya kami rela bangun pukul 04.00 pagi demi mendapatkan nomor antrean pertama untuk mandi. Dingin sih jam segitu mandi, yaa tapi apa boleh buat, semakin siang kami bangun, maka semakin lama pula kami mandi. Oleh karena itu, terkadang kami melakukan hal “licik”, yakni ngetap-in nomor antrean mandi duluan di grup WhatsApp, dengan mengetik “gue mandi pertama”, “gue kedua”, dan seterusnya sampai bang toyib pulang. Padahal kita kan tinggal serumah, tinggal bilang aja apa susahnya yaa, dan ga semua teman-teman kita pegang HP loh, jadinya kasihan kalau yang ga pegang HP, lalu mendapatkan urutan terakhir. Yaaah namanya juga usaha yaaa guys...

  • Jujur-Jujuran Sampai Jam 2 Malam
Saat malam Jumat, dua hari terakhir menjelang kami berpisah. Kami mengadakan jujur-jujuran. Semua anggota kelompok harus menjawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anggota lainnya. Pertanyaan-pertanyaannya sih sepele yaaa misalnya “siapa cowok/cewek yang lu ga suka?”, “punya perasaan khusus ga sama teman KKN? Kalau punya, lu suka sama siapa?” dan segala macam pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur. Selain pertanyaan, kami diwajibkan untuk menceritakan segala kesan dan pesan selama kita hidup satu atap dan satu ranjang (temanku saja ada yang sampai hampir menangis ketika menceritakannya, baru hampir sih karena gara-gara saya bercandain jadinya dia ga nangis deh hehehe...). Bahkan ada juga loh yang sampai menceritakan suatu mimpi yang dialaminya. Seru banget sih jujur-jujuran, karena dengan kegiatan tersebut kami jadi saling mengetahui rasa suka dan rasa ketidaksukaan mereka. Saking serunya, kami jujur-jujuran sampai pukul 2.00 pagi loh. Itu di malam Jumat, untung jumlah kami yang ikut jujur-jujuran tetap 10 orang, coba kalau bertambah? Iiiih sereeem...

  • Makan Ayam Sabana Berasa Makan Rendang
Saat KKN, kami jarang sekali makan ayam. Bahkan kalau kami makan ayam pun itu juga kiriman dari orang tua teman yang berkunjung ke rumah kami. Untungnya, di sana ada yang jualan ayam sabana loh dan harganya juga sangat pas dengan kantong mahasiswa perantau. Maka tak heran, ketika pertama kali kami melihat ada tempat yang menjual ayam sabana, mata kita langsung terbelalak dan mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Akhirnyaaa.... kami bisa makan ayam juga. Mulai saat itu kami jadi sering membeli ayam sabana. Dan, tahukah kalian? Rasa ayam sabana di sana sangat jauh berbeda dengan yang ada di sini. Kalau di sini sih makan ayam sabana tuh yaaa gimana yaaa... biasa aja gitu ga ada yang spesial. Tetapi kok kalau kami makan ayam sabana di sana entah mengapa rasanya jadi spesial, seperti makan rendang gitu deh. Entah ini ayam sabananya yang terasa spesial, ataukah teman-teman KKN-ku yang sangat spesial di hati?

  • Makan Martabak
Di sana, selain ada tukang ayam sabana, ada juga loh tukang martabak. Loh ini KKN atau liburan? Ini KKN loh, iya KKN, atau mungkin bisa disebut juga KKN rasa liburan. Yupps di sana ada yang menjual martabak dengan harga yang murah. Mau tahu harganya? Harganya hanya Rp. 5.000 sampai 10.000 loh. Murah banget kan ya? Martabaknya pun tak kalah enak dengan martabak yang ada di Jakarta. Ada banyak rasanya juga, mulai dari coklat, coklat-kacang, coklat-keju, coklat-keju-susu, kacang hijau, ketan hitam sampai rasa indah yang kulalui bersamamu juga ada kok *eh. Terkadang kami merasa sangat bersyukur KKN kami ditempatkan di daerah yang enak, rumah yang luas, dan ada jualan martabak serta ayam sabananya. Mungkin ini dikarenakan kami adalah anak yang saleh dan salehah kali yaa... Makanya Allah sangat sayang kepada kami hehehe....

  • Cari foto-foto Alay (Aib) Kami di Facebook
Seperti kata pepatah “sahabat adalah orang yang gemar mengoleksi foto-foto aibmu”. Yuups ungkapan ini sangat tepat sekali bagi kami. Pasalnya, selain sebagai ajang untuk mengabdi kepada masyarakat, ternyata KKN juga merupakan ajang untuk pencarian foto-foto alay kita yang ada di facebook. Dahulu, zaman-zamannya kita SMP dan SMA pasti sering sekali berfoto dan foto tersebut diunggah ke facebook (karena pada saat itu media sosial yang sedang tren di kalangan kami ya memang facebook). Setelah menemukan foto-foto alay mereka di facebook, maka kami berencana untuk menyebarkannya di grup WhatsApp. Eiiitss tunggu dulu, kalau kalian menyebarkannya di sembarang hari, maka bersiap-siaplah kalian didenda 10.000. Oleh karena itu, jika ingin menyebarkannya, maka kalian harus ekstra sabar untuk menunggu di waktu yang tepat (karena segala sesuatu akan indah pada waktunya, eaaaa....), yakni di hari Minggu. Yups, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa hari Minggu adalah hari libur kita, hari di mana kita bebas untuk mengatai teman-teman kita dan juga bebas untuk menyebarkan foto-foto alay mereka.

Seru banget kan KKN itu? Jadi, jangan pernah berpikir bahwa KKN itu merupakan sebuah penyiksaan yang diberikan oleh kampus yaa. Karena dengan adanya KKN kita dapat memperoleh banyak manfaat, dan juga melakukan banyak hal. Cukup sekian dulu cerita KKN-ku, tak terasa ini sudah bulan keenam di mana KKN telah pergi meninggalkan kita. Tapi aku harap kita tetap menjalin tali silaturahim sampai akhir hayat kita..