Minggu, 29 Januari 2017

Dengarlah Ini! Wahai Kau! Penghancur Hidupku!



Alasan mengapa anak perempuan sangat mencintai ayahnya adalah "setidaknya ada satu lelaki di dunia ini yang tak akan menyakitinya".

Jujur, statement di atas pasti pernah ditulis oleh ribuan anak perempuan yang ada di dunia ini? Iya kan? Yups... kalimat tersebut memang tidak asing di telinga kalian. Tapi perlu kalian ketahui loh apakah benar kalimat tersebut “diaminkan” oleh seluruh anak perempuan? Nyatanya tidak sama sekali! Bagi anak perempuan broken home justru ayah adalah lelaki pertama yang telah menyakiti, meninggalkan, bahkan menghancurkan hidupnya! Terlepas dari apapun alasan sang ayah meninggalkan anak perempuannya sejak perceraian kelam itu terjadi, anak perempuan yang “dilupakannya” itu tak peduli sama sekali, baginya “Ayah” adalah wujud tanpa makna. Dia ada, tapi tak pernah sedetikpun hinggap di hatinya. Dia adalah seonggok kaktus yang telah melukai hati anak perempuannya dengan “duri” yang dia miliki. Anak perempuan itu punya perasaaan yang halus dan peka makanya sejak “dibuang” ayahnya dia sangat sensitif terhadap hal-hal berikut:
  1. Paling Tidak Suka Ditanya Soal Keluarga                                                                                
    “Ayahmu ke mana? Kok ga ngambilin rapotmu?”
                                                                   “Ayahmu kerja apa sih? Kok ga pernah antar kamu ke sekolah?” Sepele sih pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi kalian tidak tau kan? Menanyakan hal tersebut kepada anak perempuan sama saja kalian menggali memori yang sudah lama dia kuburkan. Kalian yang tidak pernah menjadi anak broken home tidak akan memahami betapa menyakitkannya ditanyakan hal itu. Sedih, perih hati ini, perlu kalian ketahui sosok ayah yang kalian tanyakan kepadaku itu abstrak, tidak terdefinisikan. Apa yang harus aku ceritakan kepada kalian? Aku saja tidak mampu mendefinisikan sosok tersebut.
  2. Iri Melihat Keluarga Orang Lain yang Sangat Harmonis                                                                      
    “Ayah” kau tahu hal apa yang paling menyiksa hidupku? Mungkin kau tak akan tahu atau bahkan tak mau tahu kalau hal yang paling menyiksa di dalam hidupku itu bukan ketika aku diputuskan oleh pacarku, bukan ketika aku tak bisa membeli barang-barang yang dibeli teman-temanku, bukan ketika aku mendapatkan nilai yang jelek. Tapiii.... ketika teman-teman seusiaku mempunyai foto bersama ayahnya, dicium dan dipeluk oleh ayahnya, sedangkan aku? Jangankan memiliki foto bersamamu, melihat sosokmu saja aku tak pernah, yah. Jangankan dicium dan dipeluk olehmu, menyentuh kulit “kasarmu” saja aku tak pernah. Aku ingat, kata guru agamaku “kita tidak boleh iri kepada orang lain”. Tapi, apakah salah yah jika aku iri jika orang lain memiliki sosok ayah yang baik dan penyayang? Apakah aku berdosa jika aku iri dengan orang lain yang memiliki keluarga yang begitu harmonis? Aku ingin yah seperti mereka bisa punya keluarga yang harmonis lengkap dengan ibu dan ayah mereka, bisa diantar oleh ayahnya ke sekolah, bisa punya foto bersamamu, bisa dipeluk dan dicium olehmu, bisa menceritakan sosokmu di hadapan teman-temanku, bisa “pamer” kepada teman-temanku kalau aku ini juga punya keluarga yang harmonis seperti mereka, bla..bla..blaa... Aku sedih yah, aku ingin yaah seperti mereka. Tapi ah sudahlah biarpun aku nangis sampai air mataku habis pun kau tak mengerti perasaanku dan tak akan mau memenuhi permintaanku. Hanya laptop dan keyboardku inilah yang lebih mengerti perasaanku saat ini.
  3. Susah Percaya Kepada Orang Lain                                                                                               
    Sering kali anak perempuan broken home ingin sekali menceritakan keadaannya kepada orang lain. Tapi, ada rasa takut yang menghampiri benaknya, yakni takut orang itu akan menyebarkan rahasianya. Dia tak mau kalau sampai orang lain tahu rahasia terbesar di dalam hidupnya, dia tak mau dihina dan diremehkan, dia juga tak mau kalau sampai label lemah  disisipkan kepadanya. Makanya tak jarang anak perempuan broken home lebih memilih diam dan tak menceritakan apapun kepada orang lain bahkan kepada sahabatnya sendiri. Dia lebih memilih “curhat” kepada Allah di sepertiga malamnya.
     
  4. Setia pada Pasangan                                                                                                                
    Sudah tahu kan kalau anak perempuan broken home itu punya perasaan yang sangat peka dan sensitif? Dia seperti itu karena punya masa lalu yang amat sangat kelam. Dia paham sekali bagaimana rasanya disakiti dan ditinggalkan oleh orang yang sangat dia cintai. Makanya kalau kamu menjalin hubungan dengan perempuan berlatarbelakang broken home, SELAMAT! Kesetiannya tak perlu kau ragukan lagi!
     
  5. Punya Cita-Cita untuk Membuat Keluarga Bahagia di Masa Depan                                             
    Menjadi anak perempuan yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang retak bukan perkara mudah. Apalagi sedari kecil sang ayah yang harusnya bisa menjadi panutanmu meninggalkanmu begitu saja semenjak peristiwa kelam itu. Hal itulah yang menuntutmu untuk bisa menjadi seorang ibu yang baik di masa depan, juga PR terbesar di dalam hidupmu adalah mencari ayah yang baik dan bertanggungjawab untuk anak-anakmu nanti. Makanya dia begitu selektif sekali memilih pria yang akan dijadikan pasangannya. Karena, suatu mimpi yang harus direalisasikan oleh anak perempuan broken home adalah punya keluarga bahagia di masa depan agar anak-anaknya nanti tidak merasakan peristiwa kelam yang pernah dialami oleh ibunya dahulu.

Minggu, 15 Januari 2017

MAAF!

Sore itu kita berpapasan
Tapi mengapa tak saling menyapa?
Sore itu mata kita beradu
Tapi mengapa kau cepat-cepat memalingkan jendela matamu?
Sore itu bibirmu yang tipis
Menyunggingkan senyum tepat ke arahku
Ah!
Tapi buru-buru kau melepaskan senyuman itu
Kau sadar tidak?
Angin-angin sedang menertawakan kita
Kau dengar tidak?
Pohon-pohon itu amat puas menggunjingkan kita
Kau tau tidak alasannya?
Awalnya angin-angin itu berencana memberikan kesejukkan di antara kita
Tapi kau malah mengenyahkannya dari sini
Lihat pohon-pohon itu!
Tadinya mereka ingin melindungi kita 
Dari panasnya siang yang menerka
Tapi kau?
Kau malah menebang pohon itu!
Siapa yang salah?
Kau! Kau terlalu munafik untuk mengakui pada semesta 
Bahwa akulah yang kini bernaung di atas permadani hatimu
Sedangkan aku?
Mungkin... aku pun juga salah
Karena... aku yang memaksamu untuk menggelar permadani itu