Sabtu, 20 Agustus 2016

Bebaskan Aku dari Phobiaku






17 Agustus 1945 memanglah hari kemerdekaan Indonesia. Tapi, apakah kita benar-benar sudah merdeka? Merdeka dalam hal ini bukan saja kita sudah bebas dari belenggu para penjajah. Bukan pula kita sudah berhenti menumpahkan darah. Bukan! Bukan itu! Merdeka yang kumaksudkan di sini ialah merdeka dari rasa takut untuk mencintai seorang lelaki. Bagiku, aku belum bisa merdeka dari rasa takut itu.
Pasalnya, sering sekali aku menemukan lelaki yang menurutku sangat baik, tampan, dan pokoknya sudah pas sekali dengan kriteria yang aku inginkan. Tapi rasa ketakutan itu selalu hinggap di benakku. Takut? Takut apa? Takut kalau nantinya aku akan disakiti, ditinggalkan, dan dikhianati olehnya. Bukan hanya itu, aku juga takut kalau nantinya aku akan menyakiti dan mengkhianati dirinya.
Aku takut kalau aku tidak bisa menjadi pendamping yang baik untuknya, takut tidak bisa membahagiakannya, takut mengecewakannya, takut melukainya, dan aku juga takut ketika aku menikah dengannya nanti aku akan bercerai dengannya. Aku ingin sekali seperti orang lain yang bisa bebas mencintai seseorang tanpa khawatir memiliki perasaan takut semacam itu. Aku iri dengan keadaan wanita-wanita yang bisa “normal” ketika mencintai seorang pria. Kata orang “apa yang aku rasakan justru adalah suatu hal yang wajar dan normal, karena setiap orang terutama wanita pasti tak mau jika ia disakiti oleh kekasihnya, dan juga pasti tidak mau menyakiti pasangannya”. Tapi, menurutku ini merupakan hal yang sudah diambang batas kewajaran. Memang benar setiap orang tidak ingin jika ia disakiti oleh kekasihnya. Memang benar jika setiap orang tidak mau menyakiti kekasihnya.
Tapi, apakah wajar jika perasaan takut itu terus-menerus menggerogoti darah dan dagingku? Merasuk di dalam rongga hatiku? Membuat aku tak bisa dekat dengan pria? Aku pernah dekat dengan pria. Aku pernah mencintai pria. Aku juga pernah dicintai oleh pria. Tapi rasa kecintaanku terhadapnya itu seketika memudar oleh phobia tersebut. Aku tidak mau lagi mencintai pria tersebut. Bahkan jika dekat aku hanya menganggapnya sekadar teman saja, tak lebih dari apapun. Jika ada pria yang mencintaiku, aku hanya mengangapnya angin lalu saja, tak pernah terbesit sedikit pun untuk menghiraukan perasaannya.
Apa sih yang menyebabkan aku seperti itu? Kepercayaan! Yup.. pernah dengar kan kepercayaan bisa diibaratkan seperti suatu kaca yang retak, bisa diperbaiki namun tak bisa kembali utuh seperti bentuk semula? Ya itulah keadaan diriku. Dahulu aku pernah disakiti dan ditinggalkan oleh orang yang aku cintai. Bahkan ia pergi menghilang tanpa kabar. Ketika dia pergi, hidupku terasa “pincang”, hampa sekali. Sejak saat itu aku mulai berpikir bahwa “semua laki-laki sama saja”. Itulah yang menyebabkan hidupku dirundung phobia cinta yang entah aku pun tak tahu kapan ini akan berakhir. Aku tidak ingin seumur hidupku dirundung phobia cinta. Aku ingin bisa merdeka dari phobia tersebut. Aku ingin bebas mencintai pria yang aku cintai tanpa dirundung oleh rasa ketakutan yang bertubi-tubi. Aku ingin merdeka! Tapi aku juga tak tahu dengan cara apa aku bisa memerdekakan diri dari phobia tersebut. Aku sudah berusaha sekuat tenagaku untuk menghilangkan phobia itu dengan cara berdoa dan berpikiran positif bahwa tidak semua laki-laki seperti itu. Aku sudah berpikiran bahwa di luar sana masih ada pria baik yang tidak akan menyakiti, meninggalkan, dan mengkhianatiku. Aku juga punya cita-cita bahwa suatu saat nanti jika aku sudah merdeka alias sembuh dari phobia cinta, aku berjanji akan menjadi sebaik-baik pendamping untuknya, tak akan menyakiti, mengkhianati dan bahkan meninggalkannya.

3 komentar:

  1. Kamu istimewa karena mencintai dunia sastra. Tingkatkan daya imajinasimu dalam setiap tulisan. Saya berharap tulisan itu bukan cerita tentang dirimu.


    Salam semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik bu akan saya tingkatkan. Terima kasih bu telah mampir hehe... Aamiin... "semoga" saja itu bukan saya yaa buu hehehe...

      Hapus
  2. Dalem yah kaya sumur tetangga hoho. Tapi saya suka saya suka *memei

    BalasHapus